Kamis, 24 Juni 2010

TINGKILAN MUSIK TRADISIONAL YANG HAMPIR PUNAH


Musik Tingkilan adalah sebuah musik tradisi yang dimiliki masyarakat suku Kutai. Pada saat ini musik Tingkilan mempunyai dua fungsi yang pertama sebagai seni tradisi masyarakat (art by destination) dan seni yang ditujukan untuk wisatawan (tourist art) atau yang biasa disebut sebagai kemasan seni wisata. Kemajuan
jaman yang menginginkan sesuatu yang baru, canggih dan tidak ketinggalan jaman sehingga membawa pengaruh terhadap musik Tingkilan yang menyebabkan perubahan bentuk musik Tingkilan dari produk lama menjadi musik Tingkilan produk baru.

Bentuk penyajian kedua musik ini berbeda, letak perbedaan adalah terdapat pada bentuk musik, lagu dan alat. Untuk bentuk musik produk lama mempunyai bentuk yang sederhana selain itu juga alat yang digunakannya pun tidak sebanyak pada musik Tingkilan produk baru sehingga musik yang dihasilkan sederhana dan terkesan monoton. Berbeda dengan musik Tingkilan produk baru yang telah diaransemen ulang sehingga mempunyai kemasan yang lebih menarik dan variatif. Sejauh ini perubahan musik Tingkilan dari produk lama ke produk baru tidak mendapat respon yang buruk dari masyarakat Kutai melainkan sebaliknya mereka malah mendukung dengan adanya perubahan itu.

Incoming search terms for the article:

Tags: ,

Kamis, 27 Mei 2010

TINGKILAN

Tingkilan adalah Seni musik khas suku Kutai. kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola. Musik Tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan. Betingkilan sendiri berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan. Dahulu sering dibawakan oleh dua orang penyanyi pria dan wanita sambil bersahut-sahutan dengan isi lagu berupa nasihat-nasihat, percintaan, saling memuji, atau bahkan saling menyindir atau saling mengejek dengan kata-kata yang lucu. Musik Tingkilan ini sering digunakan untuk mengiringi tari pergaulan rakyat Kutai, yakni Tari Jepen.

Minggu, 11 April 2010

Samarinda (ANTARA) - Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) Taman Budaya Kalimantan Timur (Kaltim Borneo) dalam identifikasi kekayaan budaya daerah belum lama ini menemukan bahwa salah satu budaya kesenian lokal, yakni tarian milik Suku Bajau Kaltim Borneo terancam punah.

Tari Dalling milik Suku Bajau nyaris punah karena dalam beberapa tahun terakhir tidak pernah dipertunjukkan lagi, sementara orang-orang tua yang mengerti Dalling sudah banyak yang meninggal dunia, di sisi lain tidak terjadi regenerasi terhadap kesenian ini, kata Kepala Taman Budaya Kaltim Borneo, H Sutoro di Samarinda, Jumat.

Pihaknya mengetahui bahwa satu tari tradisional dari Suku Bajau nyaris punah karena sejak beberapa tahun terakhir tidak pernah lagi ditampilkan.

"Biasanya masyarakat Bajau menggelar tarian Dalling untuk menyambut tamu kehormatan. Tari ini juga dulunya kerap ditampilkan pada acara tertentu, seperti pesta adat dan kegiatan keramaian di kampung-kampung," katanya.

Namun, kata dia, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan tradisi, lambat laun tarian Dalling terancam punah akibat tidak ada regenerasi bagi para penarinya.

Terkait upaya pelestarian kesenian lokal itu, pihaknya akan melakukan penggalian dan penelitian tentang tari Dalling yang dipusatkan di Kabupaten Panajam Paser Utara (PPU), pada 11-15 Mei 2009.

Materi yang akan diteliti bukan hanya Dalling saja namun juga akar budaya dan adat-istiadat yang digali langsung dari pelaku atau tetua budaya Bajau yang pernah terlibat langsung pelestarian kesenian dan kebudayaan masyarakat pesisir itu.

"Setelah melakukan penggalian maka tarian ini akan kita ajarkan ke sejumlah sanggar tari yang tersebar di Kaltim. Selain upaya pelestarian melalui praktik tarian ini di sanggar-sangar dan sekolah, kita akan mematenkan tarian ini agar tari Daling resmi menjadi salah satu kekeyaan budaya Indonesia dari Kaltim Borneo," ujar Toro.

Dukung saya di Wisata SEO Sadau Terima kasih.

Label: , , , , ,